Sabtu, 03 Oktober 2020

dua puluh dua dua puluh lima

Sayang.. 
Malam ini ku tengadah kan wajahku menatap sang rembulan malam, sinar nya terang seperti sorot matamu. 
Kau tau? Ya, meskipun amarah ini masih belum juga padam namun ada setetes kerinduan akan dirimu, senyum mu, tawamu yang dengan bersusah payah mencoba memadamkan api di hati ini. 
Kamu sedang apa? .. 
Sebuah kalimat tanya yang melintas di fikiran saat menatap rembulan malam. 
Sebuah kalimat tanya yang tak pernah aku tau jawabannya. 
Memang benar hidup bukan melulu soal cinta, tapi untuk ku, tiada detik yang terlewat melainkan pertanyaan pertanyaan akan cintamu selalu berbisik, seperti bisikan kebencian. 
Sayang masih kah kamu ingat akan janji kita sebelum kamu berangkat ke pesantren meninggal kan aku dengan beban yang masih membukit?
Tercatat sudah berapa kali kamu mengingkari sumpah janjimu? Hanya kamu dan Tuhan yang tahu. 
Aku merasa seperti laki laki bodoh yang selalu memaafkan atas kesalahan kesalahan yang kamu ulang, ulang, ulang dan lagi. 
Aku merasa sepertinya hanya aku yang berjuang, berjuang menjaga sumpah janji kita. 
Mungkin aku terlalu malu untuk mengungkap kan langsung kepada mu, hingga aku membuat catatan tak jelas ini. 
Kamu terlalu segalanya untuk ku, kamu tau akan hal itu kan? 
Tapi kenapa tak henti hentinya kamu selalu berbohong, berbohong tiada hentinya. 
Aku memang bukan laki laki sempurna yang tanpa kesalahan sedikit pun, hingga terkesan selalu mengungkit ungkit segala kesalahan mu. 
Sayang.. Aku ini laki laki lemah,  percayalah sekeras kerasnya aku,  aku adalah Jiwa yang ringkih di hadapan mu, jiwa yang mudah luluh karena rayumu , atau mungkin jiwa yang lemah karena  luka yang kamu gores terlalu ramah. 
Tak perlu kau tanya mengapa,  seharusnya kamu tahu kenapa. Tak usah kamu tanya alasan, sewajarnya kamu tahu mengapa demikian. 
Kasih ku, aku terlalu lelah untuk membicarakan ini semua, aku lelah untuk mengekangmu selamanya,. 
Sudah sayang, 
Fisik dan mental ku sudah teramat lelah, batinku berontak ingin menyerah, hatiku koyak sampai membuatku pasrah. 
Terserah maumu apa. Aku hanya ingin tidur lelap tanpa beban segudang pertanyaan yang menghantui di awal lelap ku. 
Selamat tidur sayang. Apapun yang kamu lakukan aku hanya mampu menghibur diri " Ku maafkan segala ketidaksengajaan mu yang menyakiti aku"

Tidak ada komentar:

hati sempit

Sekecil ini kah hati dan perasaan ku?  Sekedar memaafkan mu saja aku masih belum mampu.  Benar kata cak nun "kelak kau akan sadar, bahw...